Jumat, 25 Maret 2011

BOULDERING


Bouldering berasal dari kata boulder yang artinya batu besar. Jadi bouldering adalah suatu seni olah raga panjat memanjat dengan media batuan besar, tebing ataupun dinding yang relatif tidak terlalu tinggi tanpa menggunakan pengaman (tali, runer ataupun harnes). Dalam geraknya bouldering memerlukan aspek jimnastik dengan kelincahan, kelenturan, keseimbangan dan kekuatan dibanding seni panjat lainnya. Kebanyakan rute pemanjatan bouldering berorientasi horisontal atau menyamping berbeda dengan panjat tebing yang arah pemanjatanya vertikal. Bouldering dianggap sebagai “Pure form of Climbing” atau bentuk bentuk murni dari Panjat Tebing karena pemanjat tidak mengunakan pengaman yang tertempel pada badan sehingga memungkinkan pergerakan tubuh yang lebih bebas. Dalam  bouldering alat pengaman yang digunakan hanya matras dan sepatu panjat serta calkbag sebagai alat bantu. Ketinggian lintasan dalam bouldering juga tidak terlalu tinggi, berkisar 3-4 meter. Dalam ketinggian ini, pemanjat bisa lebih fokus pada ritmik gerak dan alur dinamis penyelesaian problem tanpa harus lebih menghawatirkan ketinggian. Itu sebabnya bouldering punya standar kesulitan yang lebih tinggi ketimbang seni pemanjatan lainnya.
Bouldering dikukuhkan di Amerika oleh John Gill tahun 1950-an meskipun pemanjat Eropa dan Inggris sudah melakukan bouldering sebelumnya. Pasalnya kegiatan bouldering di Eropa waktu itu belum dianggap sebagai satu olah raga yang berdiri sendiri dan hanya sekedar aktivitas training untuk panjat tebing. John Gill mempublikasikan bouldering dengan pendekatan jimnastik dengan penggunaan kapur, gerakan-gerakan yang dinamis selain memerlukan otot yang kuat. Selanjutnya pada tahun 1990-an seorang pemanjat muda yang sangat berbakat bernama Chris Sharma dari California, USA menjadi idola di dunia  panjat tebing dan dia aktif melakukan bouldering dengan sangat mengesankan yang menjadi satu titik pangkal promosi olah raga bouldering yang lebih modern. Bouldering berkembang dengan sangat pesat di Amerika dan Eropa terutama dikalangan remaja. Salah satu pesatnya olahraga bouldering dikarenakan kesederhanaan olah raga ini. Kompetisi bouldering lebih sering diselenggarakan dibandingkan kompetisi panjat dinding.
Bouldering memiliki nuansa high energy atau semangat yang berapi-api dimana dalam olah raga ini pemanjat dituntut untuk kuat secara fisik, penguasaan teknik, strategi dan semangat dalam memecahkan sebuah problem. Olah raga ini dapat ditekuni dan dinikmati oleh siapa saja, mulai dari anak umur 2 tahun sampai kaum dewasa, dari yang kasual seperti seniman dan yang benar-benar menekuni olah raga ini seperti engineer. Bouldering menggunakan meia yang sering disebut boulder. Dalam perjalanan perkembangan bouldering tidak lepas dari perkembangan dunia panjat tebing. Ini dibuktikan dengan banyaknya pelatihan dasar panjat tebing yang menggunakan bouldering sebagai tahap pengenalan paling awal dalam memperkenalkan panjat tebing. Karena bouldering salah satu cabang panjat tebing yang paling sederhana. Alat yang diperlukan untuk bouldering  yaitu ; sepatu panjat, calk bag, magnesium karbonat, matras dan boulder. Kesimpulannya adalah bouldering merupakan segala sesuatu tentang kekuatan, tehnik, penyelesaian masalah, semangat maju terus yang dibumbui dengan sorak dukungan dari sesama pemanjat dan olah raga paling sederhana dalam bidang pemanjatan.
Dalam bouldering dikenal istilah “problem” yaitu  sesuatu yang akan dipanjat dan mempunyai titik awal dan titik akhir dari pemanjatan. Problem bisa memiliki banyak gerakan ataupun cuma 2 (dua) gerakan. Dalam panjat tebing biasanya disebut rute, yang dimulai dari dasar tebing sampai ke puncak tebing. Disebut problem karena dalam melakukan pemanjatan terdapat satu masalah yang harus dipecahkan, layaknya satu teka-teki yang perlu perasan otak agar bisa dicari jalan keluarnya. Selain memeras otak, bouldering juga perlu memeras otot, karena dalam bouldering diperlukan kekuatan yang besar. Bouldering sering juga disebut lintasan pendek, sehingga problem yang akan dipecahkan memrlukan kekuatan otot dan kekuatan otak untuk berfikir. Berbeda dengan panjat tebing biasanya yang lebih kepada endurance karena ketinggian jalur panjat yang lebih tinggi dibandingkan bouldering.
Saat ini skala tingkat kesulitan problem boulder yang paling populer digunakan yaitu V-Scale (baca: Vi skel) atau dalam bahasa Indonesia disebut Skala-Vi. Skala ini diciptakan oleh John Sherman dari Amerika pada tahun 1990-an saat di Hueco Tanks, Texas. Huruf V berasal dari nama panggilan akrab John Sherman “Vermin”, disingkat Vi. Skala ini dimulai dari V0 dan berlanjut V1, V2, V3  sampai dengan V15. Selain skala V-Scale ada juga Skala Yosemite atau YDS yaitu skala yang digunakan untuk mengukur tingkat kesulitan satu rute panjat tebing. Diawali dengan angka 5 dan diikuti dengan angka desimal dan huruf dari A sampe D. Contoh 5.6 adalah rute yang mudah dan hampir setiap orang bisa memanjatnya. Pada rute yang makin sulit barulah digunakan huruf seperti 5.10b, 5.12d, 5.14a dan rute tersulit didunia saat ini yaitu sekitar 5.15a. Perbandingan Skala-Vi dengan skala Yosemite (YDS) yaitu V0 setara dengan 5.9 yang sebetulnya sangat sulit untuk kebanyakan pemula. Itulah sebabnya kenapa bouldering dianggap memiliki standar kesulitan yang lebih tinggi. Untuk bisa memanjat rute 5.9 seorang pemanjat yang baru harus sering berlatih. Jika kesulitan problem dibawah 5.9 dalam skala Yosemite biasanya untuk problem boulder, kesulitan tersebut dengan nilai V0- (V zero minus) atau Vi-nol minus. Untuk problem yang mudah, kadang disebut juga VB (baca: ViBi), singkatan dari Very Beginner (Sangat Pemula). Lihat link : http:// www.immortal.net.au/climbing/resources/training/grade3.html.
Bouldering tidak mudah dan perlu sebuah dedikasi. Banyak manfaat yang dapat dirasakan bia menekuni olahraga bouldering seperti menjadikan tubuh sehat dan kuat. Bouldering dapat membentuk otot-otot pada tubuh terutama otot lengan, dada, perut, punggung dan sayap. Sehingga tidak perlu melakukan fitnes dan mengeluarkan biaya mahal untuk menjadikan tubuh atletis. Untuk yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak kacil, bouldering lebih cocok dibanding panjat tebing karena semua anggota keluarga bisa berpartisipasi. Jika ingin kenal lebih banyak tentang bouldering dapat membuka website John Gill, pionir Bouldering di Amerika. Salah satu buku yang telah diterbitkannya yaitu “John Gill: Master of Stone” ditulis oleh Pat Amen Selain itu ada juga “Stone Crussade” ditulis oleh John Sherman, pencipta Skala Vi dan “Better Bouldering” ditulis juga oleh John Sherman (Buku panduan kecil merangkum tehnik dan cara Bouldering).

2 komentar: